Minggu, 14 April 2013

PENGINDERAAN JAUH


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
                 Para ahli geografi mempelajari permukaan bumi dan bagaimana manusia memengaruhi secara dipengaruhi serta dipengaruhi oleh lingkungan fisiknya. Geografi dibagi ke dalam dua spesialisasi pokok: Geografi fisik dan Geografi budaya (manusia). Para ahli geografi fisik mengkaji asfek-asfek fisik bumi yang meliputi iklim, tanah, sumber-sumber air, penyebaran tanaman dan binatang, dan bentuk-bentuk tanah. Para ahli geografi budaya (ahli kependudukan-demografer) tertarik dengan penyebaran penduduk pada suatu wilayah tertentu. Mereka bukan hanya tertarik dengan tempat tinggal dimana mereka hidup, namun juga mengapa mereka tinggal disana, yakni faktor-faktor apa yang mempengaruhi. Daya tarik utama kedua dari ahli geografi budaya adalah interaksi manusia dengan lingkungan fisiknya.  Mereka mengkaji bagaimana manusia memanfaatkan dan mengubah permukaan bumi bahkan juga bagaimana permukaan bumi memengaruhi budaya manusia, kegiatan mencari nafkah, pola-pola perkampungan, pembangunan ekonomi, organisasi politik, pemanfaatan sumber-sumber daya, komunikasi, dan transportasi.
                 Jika pemandangan tak cukup jelas terlihat dari bawah, naiklah ke atas niscaya pemandangan akan terlihat lebih jelas. Perinsip seperti itulah yang digunakan dalam pengidraan jauh. Teknologi ini telah berkembang sedmikian rupa sehingga lebih memsyarakat.
                 Informasi keruangan saat ini sangat penting untuk beragam kepentingan. Informasi keruangan dahulu hanya diperoleh dan disajikan dalam bentuk simbol-simbol sederhana. Penyajian informasi keruangan yang diwujudkan dalam bentuk simbol dikenal denganpeta. Selain peta. Saat ini informasi keruangan dapat disajikan dalam bentuk foro udara atau citra. Foto udara diperoleh dari penginderaan jauh. Penginderaan jauh dikenal dengan teknik untuk memperoleh menganalisis permukaan bumi menggunaka sensor.[1]








BAB II
PEMBAHASAN
PENGINDERAAN JAUH

2.1       Pengertian Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh (disingkat inderaja) adalah ilmu atau seni untuk memperolh informasi tentang objek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap objek atau gejala atau daerah yang dikaji (Lillesand dan keifer, hal. 56). Jadi, penginderaan jauh adalah pengukuran atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat yang tidak secara fisik melakukan kontak dengan objek tersebut atau pengukuran atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat dari jarak jauh, (misalnya dari pesawat, pesawat luar angkasa, satelit, kapal atau alat lain.[2]
 Contoh dari penginderaan jauh antara lain satelit pengamatan bumi, satelit cuaca, memonitor janin dengan ultrasonik dan wahana luar angkasa yang memantau planet dari orbit. Inderaja berasal dari bahasa Inggris remote sensing, bahasa Perancis télédétection, bahasa Jerman fernerkundung, bahasa Portugis sensoriamento remota, bahasa Spanyol percepcion remote dan bahasa Rusia distangtionaya. Di masa modern, istilah penginderaan jauh mengacu kepada teknik yang melibatkan instrumen di pesawat atau pesawat luar angkasa dan dibedakan dengan penginderaan lainnya seperti penginderaan medis atau fotogrametri. Walaupun semua hal yang berhubungan dengan astronomi sebenarnya adalah penerapan dari penginderaan jauh (faktanya merupakan penginderaan jauh yang intensif), istilah "penginderaan jauh" umumnya lebih kepada yang berhubungan dengan teresterial dan pengamatan cuaca.

2.2       Penginderaan Jauh Menurut Para Ahli
a.         Menurut Lillesand dan Kiefer (1979)(2007)
Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, wilayah, atau gejala dengan cara menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, wilayah, atau gejala yang dikaji.
b.         Menurut Colwell (1984)
Penginderaaan Jauh yaitu suatu pengukuran atau perolehan data pada objek di permukaan bumi dari satelit atau instrumen lain di atas atau jauh dari objek yang diindera.
c.         Menurut Curran (1985)
Penginderaan Jauh yaitu penggunaan sensor radiasi elektromagnetik untuk merekam gambar lingkungan bumi yang dapat diinterpretasikan sehingga menghasilkan informasi yang berguna.
d.         Menurut American Society of Photogrammetry (1983)
Penginderaan jauh merupakan pengukuran atau perolehan informasi dari beberapa sifat objek atau fenomena, dengan menggunakan alat perekam yang secara fisik tidak terjadi kontak langsung dengan objek atau fenomena yang dikaji.
e.         Menurut Avery (1985)
Penginderaan jauh merupakan upaya untuk memperoleh, menunjukkan (mengidentifikasi) dan menganalisis objek dengan sensor pada posisi pengamatan daerah kajian.
f.          Menurut Lindgren (1985)
Penginderaan jauh yaitu berbagai teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi.[3]















2.3       Komponen-Komponen Penginderaan Jauh
Komponen Penginderaan Jauh

Sumber : Hartonogeografi
A.        Sumber Tenaga
Sumber tenaga dalam proses inderaja terdiri atas:
-                      Sistem pasif adalah sistem yang menggunakan sinar matahari
-                      Sistem aktif adalah sistem yang menggunakan tenaga buatan seperti  gelombang mikro[4]
Jumlah tenaga yang diterima oleh obyek di setiap tempat berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1.         Waktu penyinaran
Jumlah energi yang diterima oleh objek pada saat matahari tegak lurus (siang hari) lebih besar daripada saat posisi miring (sore hari). Makin banyak energi yang diterima objek, makin cerah warna obyek tersebut.
2.         Bentuk permukaan bumi
Permukaan bumi yang bertopografi halus dan memiliki warna cerah pada permukaannya lebih banyak memantulkan sinar matahari dibandingkan permukaan yang bertopografi kasar dan berwarna gelap. Sehingga daerah bertopografi halus dan cerah terlihat lebih terang dan jelas.
3.         Keadaan cuaca
Kondisi cuaca pada saat pemotretan mempengaruhi kemampuan sumber tenaga dalam memancarkan dan memantulkan. Misalnya kondisi udara yang berkabut menyebabkan hasil inderaja menjadi tidak begitu jelas atau bahkan tidak terlihat.

B.        Atmosfer
Lapisan udara yang terdiri atas berbagai jenis gas, seperti O2, CO2, nitrogen, hidrogen dan helium. Molekul-molekul gas yang terdapat di dalam atmosfer tersebut dapat menyerap, memantulkan dan melewatkan radiasi elektromagnetik.Di dalam inderaja terdapat istilah Jendela Atmosfer, yaitu bagian spektrum elektromagnetik yang dapat mencapai bumi. Keadaan di atmosfer dapat menjadi penghalang pancaran sumber tenaga yang mencapai ke permukaan bumi. Kondisi cuaca yang berawan menyebabkan sumber tenaga tidak dapat mencapai permukaan bumi.[5]





C.        Interaksi antara tenaga dan objek
Interaksi antara tenaga dan obyek dapat dilihat dari rona yang dihasilkan oleh foto udara. Tiap-tiap obyek memiliki karakterisitik yang berbeda dalam memantulkan atau memancarkan tenaga ke sensor.
Objek yang mempunyai daya pantul tinggi akan terilhat cerah pada citra, sedangkan obyek yang daya pantulnya rendah akan terlihat gelap pada citra. Contoh: Permukaan puncak gunung yang tertutup oleh salju mempunyai daya pantul tinggi yang terlihat lebih cerah, daripada permukaan puncak gunung yang tertutup oleh lahar dingin.
D.        Sensor
Sensor merupakan alat pemantau yang dipasang pada wahana, baik pesawat maupun satelit. Sensor dapat dibedakan menjadi dua:
1.         Sensor fotografik, merekam obyek melalui proses kimiawi. Sensor ini menghasilkan foto. Sensor yang dipasang pada pesawat menghasilkan citra foto (foto udara), sensor yang dipasang pada satelit menghasilkan citra satelit (foto satelit)
2.         Sensor elektronik, bekerja secara elektrik dalam bentuk sinyal. Sinyal elektrik ini direkam dalam pada pita magnetik yang kemudian dapat diproses menjadi data visual atau data digital dengan menggunakan komputer. Kemudian lebih dikenal dengan sebutan citra.[6]
E.         Wahana
Adalah kendaraan/media yang digunakan untuk membawa sensor guna mendapatkan inderaja. Berdasarkan ketinggian persedaran dan tempat pemantauannya di angkasa, wahana dapat dibedakan menjadi tiga kelompok:
1.         Pesawat terbang rendah sampai menengah yang ketinggian peredarannya antara 1.000 – 9.000 meter di atas permukaan bumi
2.         Pesawat terbang tinggi, yaitu pesawat yang ketinggian peredarannyalebih dari 18.000 meter di atas permukaan bumi
3.         Satelit, wahana yang peredarannya antara 400 km – 900 km diluar atmosfer bumi.

F.         Perolehan Data
Data yang diperoleh dari inderaja ada 2 jenis:
1.         Data manual, didapatkan melalui kegiatan interpretasi citra. Guna melakukan interpretasi citra secara manual diperlukan alat bantu bernama stereoskop. Stereoskop dapat digunakan untuk melihat objek dalam bentuk tiga dimensi.
2.         Data numerik (digital), diperoleh melalui penggunaan software khusus penginderaan jauh yang diterapkan pada komputer.[7]

G.        Pengguna Data
Pengguna data merupakan komponen akhir yang penting dalam sistem inderaja, yaitu orang atau lembaga yang memanfaatkan hasil inderaja. Jika tidak ada pengguna, maka data inderaja tidak ada manfaatnya. Salah satu lembaga yang menggunakan data inderaja misalnya adalah:
·         Bidang militer
·         Bidang kependudukan
·         Bidang pemetaan
·         Bidang meteorologi dan klimatologi

H.        Teknik pengumpulan data
Data dapat dikumpulkan dengan berbagai macam peralatan tergantung kepada objek atau fenomena yang sedang diamati. Umumnya teknik-teknik penginderaan jauh memanfaatkan radiasi elektromagnetik yang dipancarkan atau dipantulkan oleh objek yang diamati dalam frekuensi tertentu seperti inframerah, cahaya tampak, gelombang mikro, dsb. Hal ini memungkinkan karena faktanya objek yang diamati (tumbuhan, rumah, permukaan air, udara dll) memancarkan atau memantulkan radiasi dalam panjang gelombang dan intensitas yang berbeda-beda. Metode penginderaan jauh lainnya antara lain yaitu melalui gelombang suara, gravitasi atau medan magnet.

2.4       Keunggulan Inderaja
Menurut Sutanto (1994:18-23), penggunaan penginderaan jauh baik diukur dari jumlah bidang penggunaannya maupun dari frekuensi penggunaannya pada tiap bidang mengalami pengingkatan dengan pesat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
1.         Citra menggambarkan obyek, daerah, dan gejala di permukaan bumi dengan; wujud dan letak obyek yang mirip ujud dan letak di permukaan bumi, relatif lengkap, meliputi daerah yang luas, serta bersifat permanen.
2.         Dari jenis citra tertentu dapat ditimbulkan gambaran tiga dimensional apabila pengamatannya dilakukan dengan alat yang disebut stereoskop.
3.         Karaktersitik obyek yang tidak tampak dapat diwujudkan dalam bentukcitra sehingga dimungkinkan pengenalan obyeknya.
4.         Citra dapat dibuat secara cepat meskipun untuk daerah yang sulit dijelajahi secara terestrial.
5.         Merupakan satu-satunya cara untuk pemetaan daerah bencana.
Citra sering dibuat dengan periode ulang yang pendek.
2.5       Keterbatasan Inderaja
Berupa ketersediaan citra SLAR yang belum sebanyak ketersediaan citra lainnya. Dari citra yang ada juga belum banyak diketahui serta dimanfaatkan (Lillesand dan Kiefer, 1979). Di samping itu jugaharganya yang relative mahal dari pengadaan citra lainnya (Curran, 1985)

2.6       Kelemahan Inderaja
Walaupun mempunyai banyak kelebihan, penginderaan jauh juga memiliki kelemahan antara lain sebagai berikut:
-                      Orang yang menggunakan harus memiliki keahlian khusus;
-                      Peralatan yang digunakan mahal;
-                      Sulit untuk memperoleh citra foto ataupun citra nonfoto;

2.7       Manfaat Penginderaan Jauh
Bidang Kelautan (Seasat, MOS)
a.                   Pengamatan sifat fisis air laut.
b.                   Pengamatan pasang surut air laut dan gelombang laut.
c.                   Pemetaan perubahan pantai, abrasi, sedimentasi, dan lain-lain.

Bidang hidrologi (Landsat, SPOT)
a.                   Pemanfaatan daerah aliran sungai (DAS) dan konservasi sungai.
b.                  Pemetaan sungai dan studi sedimentasi sungai.
c.                   Pemanfaatan luas daerah dan intensitas banjir.

Bidang geologi
a.                   Menentukan struktur geologi dan macamnya.
b.            Pemantauan daerah bencana (gempa, kebakaran) dan pemantauan debu vulkanik.
c.                    Pemantauan distribusi sumber daya alam.
d.                   Pemantauan pencemaran laut dan lapisan minyak di laut.
e.                   Pemanfaatan di bidang pertahanan dan militer.
f.                   Pemantauan permukaan, di samping pemotretan dengan pesawat terbang dan         aplikasisistem informasi geografi (SIG).

Bidang meteorologi dan klimatologi (NOAA)
a.                   Membantu analisis cuaca dengan menentukan daerah tekanan rendah dan     daerah bertekanan tinggi, daerah hujan, dan badai siklon.
b.                  Mengetahui sistem atau pola angin permukaan.
c.                    Permodelan meteorologi dan data klimatologi.
d.                  Untuk pengamatan iklim suatu daerah melalui pengamatan tingkat kewarnaan dan kandungan air di udara.

Bidang oseanografi
a.                   Pengamatan sifat fisis air seperti suhu, warna, kadar garam dan arus laut.
b.                  Pengamatan pasang srut dengan gelombang laut (tinggi, frekuensi, arah).
c.                    Mencari distribusi suhu permukaan.
d.                  Studi perubahan pasir pantai akibat erosi dan sedimentasi[8]






2.8       Citra Penginderaan Jauh
Citra merupakan hasil rekaman melalui alat ensor atau kamera. Citra disebut juga gambaan visual objek.
1.         Jenis Citra
a.         Citra Foto
Dalam penginderaan jauh citra foto disebut dengan foto udara atau potret udara. Citra foto dapat dibedakan atas beberapa dasar, yaitu:
Tabel 2.1 perbedaan antara Citra Foto dan Citra Non Foto
Jenis citra
Variable
Pembedaan

Citra Foto

Citra Non Foto
Sensor
Kamera
Non kamera, berdasarkan atas penyiaman (scanning) kamera, detektornya bukan film
Detektron
Film
Pita magnetic, termistor, foto konduktif, foto voltaic, dan sebagainya
Proses perekaman
Fotografi/Kimiawi
Elektrik
Mekanisme perekaman
Serentak
Parsial
Spektrum elektromagnetik
Spectrum tampak dan perluasannya
Spectrum tampak dan perluasan, thermal dan gelombang
                                                                                                          Sumber: lillesand dan Kieter, 1990
Citra Foto dapat dibedakan atas beberapa klasifikasi yaitu sebagai berikut.
1)         Spectrum elektromagnetik yang digunakan
Penggunaan spectrum elektromagnetik dapat menghasilkan foto yang berbeda-beda, meliputi :
a)         Foto ultraviolet
Merupakan foto yang dibuat menggunakan spectrum ultraviolet. Spectrum ultraviolet yang dapat digunakan untuk pemotretan saat ini ialah spectrum ultraviolet dekat hingga panjang gelombang 0,25µm.
b)         Foto ortokramatik
Dibuat dengan menggunakan spectrum tampak dalam saluran biru (0,4-0,5µm) dan saluran hijau
(0,5µm). Foto ini dapat digunakan untuk mendeteksi dasar perairan pantai untuk kegiatan pelayaran.
c)         Foto pankromatik
Dibuat dengan menggunakan spectrum tampak (0,4-0,7µm). Sangat baik digunakan untuk tujuan umum.
d)         Foto Inframerah asli (true infrared photo)
Dibuat dengan menggunakan spectrum inframerah dekat (0,9-1,2µm). Sangat baik untuk keperluan khusus, seperti studi vegetasi, hidrologi, dan tata guna lahan kota.
e)         Foto inframerah berwarna
Disebut juga foto berwarna semua. Filmnya dikembangkan untuk kepentingan militer (Camouflage Detection Film).
f)         Foto inframerah berwarna
Menggunakan spectrum inframerah dekat dan sebagian spectrum tampak (0,7-0,9µm) ditambah saluran hijau dan merah.[9]

2)         Sumbu kamera
Foto udara dapat dibedakan berdasarkan arah sumbu kamera kepermukaan bumi, meliputi:
a)         Foto vertical
Apabila sumbu kamera tegak lurus terhadap permukaan bumi. Termasuk apabila sumbu kamera condong 1- 4.



b)         Foto condong
Apabila sumbu kameramenyudut 10 terhadap permukaan bumi.
Foto condong dibedakan atas:
(1)        Sangat condong, yaitu pada foto tampak cakrawala.
(2)        Agak condong, yaitu pada cakrawalanya tidak tergambar.
3)         Warna yang digunakan
a)         Foto berwarna semua (false color) atau foto inframerah berwarna :
Pada warna ini warna objek tidak sama dengan warna foto.
Contoh: vegetasi banyak memantulkan spectrum inframerah, sehingga tampak merah.
b)         Foto warna asli (true color)
Yaitu foto pankromatik berwarna.
Contoh : objek yang terekam pada foto akan menampakkan aslinya (lebih mirip/ sama dengan warna aslinya).
4)         System wahana
a)         Foto udara
Adalah foto yang direkam dari pesawat udara atau balon udara.
b)         Foto satelit atau foto orbital
Adalah foto yang direkam melalui satelit yang mengelilingi bumi.[10]

b.         Citra Non Foto
Merupakan citra yang direkam melalui sensor bukan kamera. Citra ini dapat dibedakan atas:
1)         Spectrum elektromagnetik
a)         Citra inframerah thermal
Dibuat dengan spectrum inframerah thermal (3,5-5,5µm), (8-14µm), dan 18µm.
b)         Citra radar dan citra gelombang mikro
Dibuat dengan spectrum gelombang mikro. Merupakan hasil pengindraan jauh system aktif yaitu sumber tenaga buatan untuk radar dan system pasif atau sumber tenaga alamiah untuk gelombang mikro.

2)         Sensor
a)         Citra tunggal
Sensor yang digunakan pada citra ini adalah sensor tunggal dengan saluran lebar.
b)         Citra multispectral
Sensor yang digunakan pada citra ini adalah sensor jamak/multiband/multisaluran dengan saluran sempit.

3)         Wahana
a)         Citra dirgantara
Wahana beroperasi di udara atau dirgantara, contoh : citra inframerah thermal, radar dan MSS (Multi Spectral Scanner).
b)         Citra satelit (satellite/ spaceborne ilmage)
Dibuat dari antariksa atau angkasa luar, meliputi:
(1)        Citra satelit untuk penginderaan planet.
Contoh : Citra Satelit Ranger (AS), Viking (AS), Luna (Rusia), dan Venera (Rusia)
(2)        Citra satelit untuk pengindraan cuaca, misal: NOAA atau National Oceanic and Admospheric Administration (AS), dan Meteor (Rusia)
(3)        Citra satelit untuk pengindraan sumber daya bumi.
Contoh : Citra Landsat (AS), Citra Soyus (Rusia), dan SPOT atau Le Systeme Probatoire d’Observation de la Terre oleh Perancis tahun 1986
(4)        Citra satelit untuk pengindraan laut
Contoh: Citra Seasat (AS) dan Citra MOS atau Marine Observation satellite (Jepang) tahun 1986[11]



2.         Interpretasi Foto Udara
Interpretasi foto udara adalah kegiatan pemeriksaan gambaran fotografis melalui cara penafsiran dan pengkajian, yang bertujuan mengenal objek serta menimbang arti dari objek yang bersangkutan. Prinsip pengenalan objek pada foto udara didasarkan atas penyelidikan ciri-ciri objek yang disebut karakteristik objek atau atributnya. Karakteristik objek yang tergambar  pada foto udara dalam rangka pengenalan objek ini dinamakan sebagai kunci interpretasi, yaitu :
a.         Rona atau tone
Merupakan unsure pengenalan yang amat penting. Pengenalan ini berdasarkan tingkat kecerahan atau kegelapan dari objek. Objek yang banyak memantulkan sinar akan nampak putih cerah pada foto udara, sedangkan objek yang menyerap sinar akan menghasilkan rona abu-abu gelap atau abu-abu tua sampai hitam. Pada tumbuhan, rona dipengaruhi oleh klorofil pada daun. Makin rimbun dan hijau daun, makin gelap ronanya.
b.         Bentuk
Merupakan konfigurasi atau kerangka objek. Ciri khas dari kenampakan objek dapat dilihat melalui bentuk. Masing-masing objek mempunyai bentuk yang berbeda, sehingga dengan melihat bentuknya kita dapat mengidentifikasi secara langsung objeknya.
c.         Ukuran
Tiap objek mempunyai ukuran yang berbeda-beda, penentuannya berdasarkan pada skala foto udara. Ukuran meliputi : panjang, lebar, tinggi, luas, volume, dan kemiringan. Semua itu harus dipertimbangkan dalam proses identifikasi supaya tidak terjadi kesalahan. Sebagai contoh, bangunan rumah mempunyai luasan yang lebih kecil disbanding dengan bangunan kantor.
d.         Tekstur
Merupakan hubungan tiap-tiap rona yang dibentuk oleh bermacam-macam objek pada foto udara. Tekstur dapat dibedakan melalui tingkat kekasarannya, meliputi : kasar, sedang, halus, berbulu akar dan bintik-bintik. Sebagai contoh, hutan mempunyai tekstur kasar, sedangkan sawah mempunyai tekstur sedang hingga halus.




e.         Pola
Merupakan rangkaian bentuk dari objek dilihat dari hubungan susunan spasinya. Sebagai contoh, sungai mempunyai pola memanjang tidak beraturan, sedangkan saluran atau kanal, memanjang tetapi beraturan.[12]
f.          Bayangan
Berfungsi untuk memperjelas kenampakan atau profil suatu objek. Objek yang tergambar tegak lurus pada foto udara seringkali sulit dikenali, bahkan tidak jelas kenampakannya. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan melihat bayangan objek tersebut.
g.         Situs
Merupakan lokasi objek dalam hubungannya dengan objek lain. Pengenalan situs ini penting karena sangat membantu dalam proses identifikasi, khususnya untuk objek yang sangat kecil dan tidak nampak, sehingga objek tersebut perlu didekati dengan objek disekitarnya. Sebagai contoh, sungai yang mempunyai alur sangat kecil dan tidak nampak, pengenalannya perlu didekati dengan pola vegetasi yang memanjang membentuk pola aliran sungai di kanan kirinya.
h.         Asosiasi
Merupakan keterkaitan antara suatu objek dengan objek yanh lainnya pada foto udara. Sebagai contoh, pemukiman transmigrasi berasosiasi dengan ladang atau tegalan.
Karakteristik objek di atas digunakan untuk foto udara atau citra yang tidak berwarna atau hitam putih. Untuk foto udara atau citra yang berwarna, selain menggunakan 8 karakteristik di atas biasanya ditambah dengan warna.
Kegiatan interpretasi foto udara merupakan kegiatan pengenalan dan menimbang arti objek pada foto udara. Kegiatan tersebut mempunyai tiga tahapan, meliputi:
a.         Deteksi, merupakan kegiatan yang dimulai dari mengenali objek dengan cara menguraikan atau memisahkan objek berdasarkan rona atau warnanya, kemudian delineasi atau penarikan garis batas masing-masing objek yang memiliki rona atau warna yang sama.
b.         Identifikasi, merupakan kegiatan mengenali objek berdasarkan karakteristik selanjutnya, meliputi : bentuk, ukuran, tekstur, pola, situs, dan lain sebagainya, kemudian mengklasifikasikan bentuk tersebut sesuai dengan maksud dan tujuan interpretasi.
c.         Analisi, merupakan kegiatan mengkaji pola dan susunan keruangan pada objek penelitian untuk menarik kesimpulan.
Interpretasi foto udara dilakukan dalam suatu ruangan dengan disertai cahaya, baik cahaya langsung dari sinar matahari maupun cahaya lampu. Dengan demikian, kegiatan interpretasi dapat dilakukan kapanpun juga dan dalam waktu yang tidak ditentukan. Interpretasi di maksudkan untuk identifikasi atau pengenalan bentang alam dan bentang budaya pada citra atau foto udara. Kegiata interpretasi pada foto udara dilakukan dengan cara melapisi dengan plastic transparan agar citra atau foto udara tetap bersih dan awet. Alat dan bahan yang digunakan dalam interpretasi meliputi:
a.         Citra atau foto udara
b.         Stereoskop
c.         Suryakanta (lup atau alat pembesar)
d.         Plastik transparan
e.         Tints OHP pen dengan 4 warna: hitam, biru, hijau, dan merah
f.          Penggaris
g.         Spiritus untuk menghapus tinta
h.         Kapas atau cutton buds
i.          Kertas HVS atau folio bergaris untuk membuat table kunci interpretasi
j.          Selotip
k.         Ketas kalkir untuk menggambar atau memindahkan hasil interpretasi

3.         Perbedaan antara Peta dan Citra atau Foto Udara
Peta dan citra atau foto udara secara umum mempunyai pengertian yang sama, keduanya disebut dengan image yaitu gambaran suatu objek atau perwujudan suatu objek. Peta merupakan gambaran unsur-unsur pemukaan bumi yang selektif, diperkecil dengan kenampakan secara abstrak dan digambarkan pada suatu bidang datar.  Adapun citra atau foto udara merupakan gambaran hasil rekaman objek yang dihasilkan melalui interaksi antara objek dan tenaga elektromagnetik. Citra disebut juga imagery yaitu gambaran visual tenaga yang direkam dengan menggunakan piranti penginderaan jauh.
Dalam tampilannya peta lebih selektif  yang artinya tidak semua kenampakan dapat disajikan atau digambarkan. Hanya objek-objek tertentu saja yang dapat digambarkan sesuai dengan maksud dan tujuan dalam pembuatannya. Lain halnya dengan  foto udara yang dapat menampilkan objek secara keseluruhan dengan lengkap sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada wilayah yang dikehendaki, sehingga citra atau foto udara memiliki sifat yang tidak selektif. Proses seleksi data pada peta disebut dengan generalisasi. Generalisasi peta adalah proses pemilihan dan penyerdehanaan dari unsur-unsur yang akan disajikan sesuai dengan skala dan tujuan peta. Apabila seluruh objek pada wilayah yang dipetakan disajikan apa adanya tanpa seleksi, maka peta akan nampak rumit dan sulit dibaca dan digunakan.
Melihat ketelitiannya, peta lebih teliti dibandingkan dengan citra atau foto udara terutama peta yang dibuat berdasarkan survey dan pengukuran di lapangan. Kesalahan planimetrik atau ukuran pada peta dapat diperbaiki melalui sistem proyeksi. Adapun citra atau foto udara memiliki kesalahan yang relatif banyak karena citra atau foto udara merupakan data mentah yang belum mengalami pengolahan lebih lanjut. Kesalahan yang terjadi pada citra atau foto udara ada pada ukuran apabila kita mengukurnya. Semakin jauh dari titik pusat pada satu lembar foto udara, maka kesalahan ukuran yang dimiliki semakin besar. Citra atau foto udara tidak mengenal sistem proyeksi karena dibuat dengan rekaman melalui pemotretan apa adanya.
4.         Keistimewaan Citra Penginderaan Jauh
Kelengkapan informasi yang disajikan pada citra penginderaan jauh mempunyai daya tarik tersendiri bagi para ilmuwan dan peneliti dari berbagai bidang keahlian untuk dapat memanfaatkan secara sendiri (monodisipliner) atau gabungan beberapa bidang (multidisipliner).
Jika dibandingkan dengan survei lapangan, penginderaan jarak jauh lebih unggul dan bermanfaat bagi pengkajian dan pengelolaan wilayah atau sumber daya alam. Survei lapangan memerlukan waktu, tenaga, dan biaya yang lebih besar jika dibandingkan dengan penginderaan jarak jauh. Selain itu, data yang dihasilkan penginderaan jauh lebih valid.
Beberapa keistimewaan citra penginderaan jauh di antaranya adalah :
a.         Menyajikan gambaran objek secara lengkap dengan kenampakan yang nyata seperti kenampakan sebenarnya di lapangan.
b.         Waktu pembuatan yang relatif cepat.
c.         Biaya relatif lebih murah dibandingkan dengan pengukuran langsung di lapangan.
d.         Dapat digunakan untuk memonitor objek lapangan, seperti : informasi bencana banjir, gempa bumi, kebakaran hutan, dan bencana alam lainnya.
e.         Cocok digunakan untuk daerah yang sarana perhubungannya kurang baik dan sulit untuk dijangkau, seperti : hutan, pegunungan, dan daerah rawa.
5. Pemetaan Melalui Media Citra dan Foto Udara
Dunia fotografi juga mempunyai andil yang cukup besar dalam pemetaan foto udara dan citra satelit. Foto udara dan citra satelit digunakan sebagai pengganti kegiatan pengukuran lapangan dalam pembuatan peta sehingga waktu yang diperlukan menjadi lebih singkat. Foto udara diambil melalui pesawat sebagai wahana dengan kamera udara sebagai sensornya, sedangkan citra satelit diperoleh juga dari satelit yang mengorbit bumi dan instrumen sebagai sensor yang ditempatkan pada satelit tersebut.
Gambaran sebuah foto udara merupakan rekaman dari permukaan bumi sesuai dengan aslinya sebagai informasi atau data tentang objek, daerah atau fenomena yang diteliti. Objek atau fenomena pada foto udara berupa bentang alam dan bentang budaya yang dapat dikenali melalui teknik interpretasi atau penafsiran. Kegiatan interpretasi citra atau foto udara merupakan kegiatan pengenalan objek dan menimbang arti objek pada foto udara tersebut. Tujuan dari interpretasi citra atau foto udara adalah untuk mendapatkan data dan informasi tentang objek yang berkaitan dengan permukaan bumi.
Hasil interpretasi nantinya akan kita pergunakan sebagai data dalam pembuatan peta dengan cara memindahkan detail objek pada foto udara ke dalam media kertas (peta) dengan mengganti perwujudan objek menjadi simbol- simbol kartografi.








BAB III
PENUTUP
Simpulan
Penginderaan jauh (disingkat inderaja) adalah pengukuran atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat yang tidak secara fisik melakukan kontak dengan objek tersebut atau pengukuran atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat dari jarak jauh, (misalnya dari pesawat, pesawat luar angkasa, satelit, kapal atau alat lain.
Komponen- komponen yang terdapat pada penginderaan jauh antara lain: Sumber Tenaga, Atmosfer, Interaksi antara tenaga elektromagnetik dan atmosfer, Sensor dan Wahana, Perolehan Data, Pengguna Data, Teknik pengumpulan data.
Citra menggambarkan obyek, daerah, dan gejala di permukaan bumi dengan; wujud dan letak obyek yang mirip ujud dan letak di permukaan bumi, relatif lengkap, meliputi daerah yang luas, serta bersifat permanen.



Daftar Pustaka

Lillesland, Thomas. M dan Ralph W. Kiefer. 2007. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press
Sutanto. 1979. Pengetahuan Dasar Interpretasi Citra. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Prasongko, Eko Titis. Hendrawansyah, Rudi. 2009. Geografi Untuk siswa menengah atas- Madrasah Aliah, Kelas XII. Jakarta: Pusat Perbukuan
Wiji, Eny Lestari.2002. Geografi SMA kelas XII. Sukoharjo: CV Willian.
Hartono.2007. Geografi XII. Bandung: CV CITRA PRAYA.


[1] Eny Wiji Lestari.2002. Geografi 3. Sukoharjo: CV Willian. Hlm: 51
[2] Geografi SMA Kelas XII,hal. 57. 2002
[3] Geografi SMA Kelas XII,hal. 57. 2002
[4] Geografi SMA Kelas XII,hal. 58. 2002
[5] Hartono.2007. Geografi 3. Bandung: CV Citra Praya. Hlm:22
[6] Hartono.2007. Geografi 3. Bandung: CV Citra Praya. Hlm:24-25


[7] Hartono.2007. Geografi 3. Bandung: CV Citra Praya. Hlm:24

[8] Hartono.2007. Geografi 3. Bandung: CV Citra Praya. Hlm:31

[9] Hartono.2007. Geografi 3. Bandung: CV Citra Praya. Hlm:27


[10] Hartono.2007. Geografi 3. Bandung: CV Citra Praya. Hlm:28-29



[11] Hartono.2007. Geografi 3. Bandung: CV Citra Praya. Hlm:29

[12] Hartono.2007. Geografi 3. Bandung: CV Citra Praya. Hlm:29-30

Tidak ada komentar:

Posting Komentar